Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Inflasi Serta Pengelompokan Dan Penyebabnya

Pengertian Inflasi  serta Pengelompokan Dan Penyebabnya. Salah satu fenomena moneter yang sangat penting dan yang sering dijumpai di hampir semua negara di dunia yaitu inflasi. Berikut yaitu klarifikasi seputar pengertian Inflasi,  Pengelompokan, Penyebab serta Determinan Inflas.



Definisi Inflasi

Menurut Wikipedia. Dalam ilmu ekonomi, inflasi yaitu suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan prosedur pasar yang sanggup disebabkan oleh banyak sekali faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, hingga termasuk juga jawaban adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi yaitu proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menandakan inflasi. Inflasi yaitu indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jikalau proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga dipakai untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering dipakai yaitu CPI dan GDP Deflator.

Pakar ekonomi Milton Friedman menyatakan bahwa inflasi yaitu merupakan belahan dari ekonomi moneter, ibarat dijelaskannya dalam goresan pena bahwa inflasi selalu dan di manapun merupakan fenomena moneter.

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak sanggup disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau menjadikan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Inflasi sendiri didefinisikan sebagai kondisi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga materi bakar minyak, dan sebagainya. Kebalikannya, yaitu deflasi di mana harga-harga dan biaya-biaya secara umum menurun.

Menurut Lerner mendefinisikan inflasi sebagai suatu keadaan di mana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian, secara keseluruhan dan terus-menerus. Kelebihan permintaan tersebut sanggup diartikan ganda yaitu, pengeluaran yang dibutuhkan terlalu banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, atau barang-barang yang tersedia terlalu sedikit bila dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang diharapkan.

Pengelompokan Inflasi

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
  1. Kelompok Bahan Makanan
  2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
  3. Kelompok Perumahan
  4. Kelompok Sandang
  5. Kelompok Kesehatan
  6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
  7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

Penyebab Inflasi

Inflasi sanggup disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua yaitu desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk alasannya yaitu pertama lebih dipengaruhi dari tugas negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk alasannya yaitu kedua lebih dipengaruhi dari tugas negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) ibarat fiskal (perpajakan /pungutan /insentif /disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
  1. Inflasi permintaan (demand pull inflation) terjadi jawaban adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa menjadikan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian mengakibatkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi lantaran suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment di manana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, hingga dengan agresi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
  2. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi jawaban adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran pedoman distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal sanggup memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya aturan permintaan-penawaran, atau juga lantaran terbentuknya posisi nilai keekonomian yang gres terhadap produk tersebut jawaban teladan atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi jawaban banyak sekali hal ibarat adanya duduk masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), peristiwa alam, cuaca, atau kelangkaan materi baku untuk menghasilkan produksi tsb, agresi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama sanggup terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Determinan Inflasi

Inflasi timbul lantaran adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation sanggup disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks jawaban musibah dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab terjadi demand pull inflation yaitu tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh sikap masyarakat dan pelaku ekonomi dalam memakai ekspektasi angka inflasi dalam keputusan acara ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari sikap pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada ketika menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada ketika penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.

Sumber
http://www.bi.go.id/