Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penulisan 'Idulfitri' Yang Benar Dan Yang Salah Dan Istilah Salah Kaprah Lainnya

Sedikit pengantar, goresan pena ini saya tulis menjelang idul fitri, eh goresan pena yang benar idulfitri.

Dalam masyarakat Jawa dikenal idiom 'salah kaprah'. Salah artinya salah, kaprah memiliki dimensi makna berlaku, diterima, dan dipakai oleh masyarakat luas sehingga dianggap benar. Dalam beberapa hal, ke-salah-kaprah-an tersebut sudah tidak lagi dianggap sebuah kesalahan melainkan dianggap sesuatu yang sudah benar.

Contoh salah kaprah dalam bahasa Jawa, ada ungkapan nggodok kopi (menanak kopi). Sebenarnya yang dimaksud ialah memasak air (merebus air) setelah mendidih air tersebut dipakai untuk menyeduh kopi. Bukan kopi yang sedang direbus. Hal ini berlaku jua dalam ngulek sambel, menanak nasi (seharusnya: menanak beras untuk dijadikan nasi)

Tulisan Lebaran yang Benar dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab


Dalam frasa menanak nasi dapat diketahui bahwa kasus 'salah kaprah' ini, juga menjangkiti bahasa Indonesia.

Kesalah-kaprahan menyerupai di atas terjadi alasannya ialah penutur bahasa menginginkan istilah yang lebih singkat dari pada maksudnya. Hal tersebut diimbangi dengan diterimanya istilah yang diungkapkan oleh lawan tuturnya. Karena sudah sama-sama mengerti antara penutur (pembicara) dan kawan tutur (pendengar), maka istilah itu cukup untuk memberikan informasi, maka dianggap benar.

Ada pula istilah salah kaprah yang muncul alasannya ialah ketidakpahaman dan ketidaktahuan dari penutur perihal istilah yang sedang dituturkannya.

Misalnya, penutur bahasa Indonesia ingin memakai istilah keren yang benuansa barat. Maka muncul istilah 'servis'. Jelas, kata tersebut diserap dari bahasa Inggris 'service' yang kalau ditejemahkan secara sederhana artinya sama dengan 'layanan'. Maka, dalam istilah Indonesia juga dikenal istilah 'diservis' yang artinya 'dilayani'.

Tetapi, istilah tersebut berkembang cukup 'liar' sehingga arti kata servis yang dipakai dan dipahami oleh masyarakat luas menjadi 'perbaikan' atau 'memperbaiki'. 

Hal itu sanggup kita lihat dalam goresan pena yang terpampang dalam spanduk dan papan nama, contohnya ada goresan pena Melayani Jual Beli dan Servis HP. Kata servis dalam kalimat tersebut 'dimaknai' perbaikan. 

Padahal, dalam bahasa Inggris, arti perbaikan adalah reparasi. 

Masing tidak parah kalau ditulis servis ada pula sebuah bengkel yang menulis sevice. Sudah ditulis dalam ejaan Inggris, maknaya juga yang dimaksud ialah perbaikan. Ini salah kuadrat.

Istilah servis sebagai istilah salah kaprah terjadi alasannya ialah penutur Bahasa Indonesia tidak memahami bahasa sumber, yaitu bahasa Inggris.

Karena sudah menjadi istilah yang salah tapi kaprah, jangan pula kita terlalu banyak protes dengan kesalahan-kesalahan itu. Diterima saja, tapi harus disadari bahwa itu salah. Sehingga kita tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama.

Kasus salah kaprah yang lain ialah penulisan idul fitri. Bahkan google pun yang dianggap sebagai mesin serba tahu, juga tidak mengetahui bahwa goresan pena idul fitri merupakan penulisan yang salah. Ketika kita mengetik idulfitri di kotak telusur, maka oleh mesin pencari ini akan diberi anjuran perbaikan "Mungkin yang anda maksud idul fitri".

Lebaran merupakan istilah yang diserap dari Bahasa Arab menjadi bahasa Indonesia. Karena sudah terbiasa menulis idul fitri, baik media ataupun yang lainnya, maka dianggap penulisan idulfitri denan memakai spasi dianggap benar. Semua menganggap benar. Bahakan guru bahasa Indonesia di sekolah juga menganggap benar.

Padahal dalam kaidah perembesan istilah yang berlaku dan dijadikan fatwa dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa asing, harus sudah diubahsuaikan dengan pengecap dan kaidah bahasa Indonesia. Jika diserap menjadi idul dan fitri maka seakan-akan terdiri dari dua istilah, padahal itu ialah satu istilah yang bersinonim dengan lebaran. Maka perlu ditulis dalam satu rangkaian alasannya ialah merupakan satu istilah.

Tulisan yang benar ialah idulfitri tanpa spasi.

Nah, dalam kasus salah kaprahnya idulfitri ini, memberikan bahwa bangsa Indonesia masih belum memahami bahasanya.

Mengaku cinta Bahasa Indonesia?
Mari terus pahami biar semakin cinta. 

Salam Pustamun!