Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Parafrase Dan Analisis Arti Puisi 'Dengan Puisi Aku' Karya Taufiq Ismail

Puisi yang saya ambil sebagai materi untuk dianalisis ialah puisi yang beredar di dunia maya. Meskipun keakuratannya tidak sanggup ditelusuri dengan pasti. Puisi yang beredar di dunia maya mempunyai perbedaan. Berikut ini puisi Taufiq Ismail yang berjudul 'Dengan Puisi Aku'



Dengan puisi, saya bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi, saya bercinta
Berbatas cakrawala.
Dengan puisi, saya mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi, saya menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi, saya mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi, saya berdoa
Perkenankanlah kiranya.

(teks puisi di atas saya ambil dari http://fs.uai.ac.id/blog/archives/318, Fakultas Sastra Universitas Alazhar Indonesia).


Taufiq Ismail
Sumber Gambar: Biografiku.com


Selanjutnya bandingkan dengan teks puisi 'Dengan Puisi Aku' di bawah ini!

dengan puisi saya bernyanyi
sampai senja umurku nanti
dengan puisi saya bercinta
berbaur cakrawala
dengan puisi saya mengenang
keabadian yang akan datang
dengan puisi saya menangis
jarum waktu bila kejam mengiris
dengan puisi saya mengutuk
napas jaman yang busuk
dengan puisi saya berdoa
perkenankanlah kiranya


(teks di atas saya ambil dari https://duniapendidikand.blogspot.com//search?q=analisis-puisi-dengan-puisi-aku-karya)

Lain lagi dengan teks yang berikut ini. Coba perhatikan dengan betul!

    Dengan Puisi, Aku
Dengan puisi saya bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi saya bercerita 
Berbatas cakrawala
Dengan puisi saya mengenang 
Keabadian yang akan datang
Dengan puisi saya menangis

Jarum waktu bila kejam meringgis
Dengan puisi saya mengetuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi saya berdoa

Perkenankanlah kiranya

(Teks puisi di atas saya ambil dari https://duniapendidikand.blogspot.com//search?q=analisis-puisi-dengan-puisi-aku-karya)

Mana yang benar? saya sendiri tidak mengetahui alasannya ialah masih  belum berhasil membaca teks orisinil puisi karya Taufiq Ismail. Tulisan yang benar seharusnya dikonfirmasi ke teks orisinil yang diterbitkan.

Perbedan-perbedaan teks puisi di atas sangat mencolok pada baris ketiga: dengan puisi saya bercerita  ada yang menulis dengan puisi saya bercinta. 

Baris keempat juga mempunyai perbedaan, ada yang menulis berbatas cakrawala ada pula yang menulis berbaur cakrawala. 

Baris kedelapan puisi juga mempunyai perbedaan penulisan, ada yang menulis meringgis (meskipun tidak terang ini kata apa, selama ini Taufiq Ismail selalu memakai kata konkret, bukan kanta nonsens seperti Sutardji Calzoum Bachri. Kata-kata Taufiq Ismali ialah kata yang lugas dan 'tidak aneh'. (Bekaitan dengan nonsense dalam puisi sanggup baca: )

Baris kesembilan juga memliki perbedaan, ada yang menulis mengutuk ada pula yang menulis mengetuk. 

Jika ada pembaca yang mengetahui bentuk teks aslinya silahkan komentar, atau bila erat bolehlah saya pinjam buku puisinya. :)

Kita tinggalkan perbedaan-perbedaan di atas. Dalam hal ini saya akan memperlihatkan bentuk parafrase puisi 'Dengan Puisi Aku' untuk mempermudah memahami arti dan makna puisi tersebut.

Dengan pertimbangan sumbe tumpuan yang lebih (menurut saya) dipercaya, saya ambil puisi yang diunggah di usang Fakultas Sastra Universitas Alazhar Indonesia.

Dengan Puisi Aku

Dengan puisi, saya bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi, saya bercinta
Berbatas cakrawala.
Dengan puisi, saya mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi, saya menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi, saya mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi, saya berdoa
Perkenankanlah kiranya.


Parafrase 'Dengan Puisi Aku' karya Taufiq Ismail

Dengan (menulis)  puisi, saya (akan terus) bernyanyi
(walau) Sampai senja umurku nanti.
Dengan (menulis) puisi, saya (menunjukkan rasa saling) bercinta
(yang tidak) Berbatas (seperti) cakrawala.
Dengan (menulis) puisi, (berarti) saya (turut) mengenang (berbagai peristiwa)
(sehingga menjadi sebuah) Keabadian yang akan (dikenang dan diketahui oleh generasi men-)datang.
Dengan (menulis) puisi, saya (juga bisa) menangis
(tentang peristiwa) Jarum waktu bila (peristiwa itu) kejam mengiris.
Dengan (menulis) puisi, saya (protes dan)mengutuk
Nafas (kebijakan) zaman yang busuk (dan korup).
Dengan (menulis) puisi, saya (seraya) berdoa (kepada Tuhan)
(semoga) Perkenankanlah kiranya (oleh Tuhan).

Dari pola parafrase puisi di atas, sanggup dapat ditarik pemaknaan yang lebih gampang yaitu menjadi:

Taufiq Ismail selaku penyari memakai puisi untuk mendendangkan keadaan, dan ia beharap sanggup bepuisi hingga tua. Dia juga sanggup memperlihatkan rasa cinta yang tidak terbatas, seluas-luasnya ibarat cakrawala.

Dengan puisi pula, penyair ingin turut menyebabkan sebuah insiden menjadi abadi, sehingga sanggup dikenang generasi yang akan datang. Penyair juga sanggup memperlihatkan kesedihan (menangis) dengan menulis puisi saat ada insiden atau kejadian yang menyayat hati.

Penyair juga beharap sanggup mengutuk, protes, terhadap kebijakan sebuah zaman. Terhadap ketidakadilan dan ketidakberesan kadaan. Dengan segala impian dan tindakannya tersebut, tak lupa ia juga berdoa kepada yang kuasa dengn puisi, dan berharap dikabulkan oleh tuhan.