Sistem Reproduksi Pada Binatang (Materi Lengkap)
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat tiba di blog . Senang sekali rasanya kali ini sanggup kami bagikan bahan IPA Biologi : Sistem Reproduksi Pada Hewan baik itu invertebrata dan vertebrata yang terbagi menjadi perkembangbiakan secara aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif). Mari kita bahas selengkapnya.
Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme gres diproduksi. Reproduksi ialah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu sanggup melaksanakan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel basil menjadi dua sel anak ialah referensi dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan reproduksi aseksual.
Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi insan normal ialah referensi umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melaksanakan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, melaksanakan reproduksi secara aseksual.
A. REPRODUKSI PADA INVERTEBRATA
Seperti halnya pada tumbuhan, perkembangbiakan pada invertebrata (hewan tanpa tulang belakang) mencakup perkembangbiakan secara Aseksual (Vegetatif) dan Seksual (Generatif).
1. Reproduksi Aseksual (Vegetatif)
Reproduksi yang terjadi tanpa proses peleburan sel gamet. Individu gres muncul dari potongan badan induk. Beberapa binatang melaksanakan reproduksi aseksual, alasannya ialah potongan dari siklus hidupnya, dan beberapa alasannya ialah imbas lingkungan yang ekstreme. Sifat individu yang terbentuk dari reproduksi aseksual ialah 100% menyerupai dengan induk. Oleh alasannya ialah itu, terdapat sedikit variasi genetik yang ditemukan pada individu hasil reproduksi ini.
Macam-macam reproduksi aseksual antara lain sebagai berikut :
a) Membelah Diri
Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada protozoa (hewan bersel satu), contohnya Amoeba, Paramaecium, dan Euglena.
Proses pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua potongan yang masing-masing menyelubungi masing-masing nukleus tersebut. Selanjutnya, potongan tengah sitoplasma menyempit dan diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada ketika keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat.
Di dalam kista tersebut, Amoeba membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak individu gres dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding kista akan pecah dan individu-individu gres akan keluar, tumbuh dan bermetamorfosis Amoeba dewasa.
b) Fragmentasi
Fragmentasi ialah perkembangbiakan dengan memotong potongan tubuh, kemudian potongan badan tersebut tumbuh menjadi individu baru. Hewan yang melaksanakan reproduksi secara fragmentasi ialah cacing Planaria. Cacing Planaria mempunyai daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria yang dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan bermetamorfosis dua ekor cacing Planaria.
Gambar Fragmentasi pada Cacing Planaria |
c) Pembentukan Tunas
Gambar Hydra sp bertunas |
Tunas ialah cara perkembangbiakan di mana individu gres merupakan potongan badan dari induk yang terlepas kemudian tumbuh. referensi Hewan yang berkembang biak dengan membentuk tunas ialah Hydra sp. Individu gres Hydra terbentuk dari potongan badan Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas akan melepaskan diri dari badan induknya. Hewan lain yang melaksanakan reproduksi dengan tunas contohnya ubur-ubur, binatang karang, dan anemon laut.
d) Sporulasi (Pembentukan Spora)
Gambar Sporozoa (Plasmodium sp) Penyebab Penyakit Malaria |
Sporulasi ialah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang menghasilkan spora. Hewan yang melaksanakan reproduksi dengan sporulasi ialah Plasmodium sp. Plamodium ialah protozoa bersel satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit malaria. Dalam siklus hidupnya, plasmodium mengalami dua fase, yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung di dalam badan nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase vegetatif berlangsung di dalam badan penderita penyakit malaria.
2. Reproduksi Seksual (Generatif)
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun adakala sanggup terbentuk individu gres tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara kawin pada binatang invertebrata sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tanpa pembuahan, yaitu pada bencana partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi sanggup tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
b. Dengan pembuahan, sanggup dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum terang alat reproduksinya contohnya Paramecium.
Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, contohnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Pembiakan seksual lainnya sanggup kita temukan pada:
Hydra
a. Tanpa pembuahan, yaitu pada bencana partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi sanggup tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
b. Dengan pembuahan, sanggup dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum terang alat reproduksinya contohnya Paramecium.
Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, contohnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Pembiakan seksual lainnya sanggup kita temukan pada:
Hydra
Selain berkembang biak secara aseksual (bertunas) Hydra juga sanggup berkembang biak secara seksual. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan pembentukan testis dan ovarium, yang terdapat pada satu badan (hermafrodit). Alat tersebut masing-masing menghasilkan spermatozoid dun ovum. Hasil pembuahannya ialah zigot yang selanjutnya akan bermetamorfosis binatang baru.
Cacing pita
Tubuh cacing pita terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Pada setiap proglotid terdapat ovarium yang menghasilkan ovum dan testis yang menghasilkan sel sperma. Bila sel telur dan sel sperma sudah masak, maka terjadilah pembuahan didalam proglotid yang menghasilkan zigot.
Cacing tanah
Dalam badan cacing tanah terdapat beberapa segmen yang kulitnya menebal disebut klitelum. Dalam segmen tersebut terdapat testis yang membentuk spermatozoid, dan ovarium yang membentuk ovum. Walaupun ovum dan spermatozoid terdapat dalam satu tubuh, cacing tanah tidak pernah mengadakan pembuahan sendiri, tetapi melaksanakan perkawinan dengan mempertukarkan spermatozoid (perkawinan silang).
Serangga
Pada beberapa jenis serangga, contohnya lebah madu (Apis indica), terdapat koloni yang terdiri atas ratu yang fertil, pejantan fertil dan mati sehabis kawin, dan pekerja yang mandul (steril). Pada waktu kawin, sperma dari jantan disimpan dalam kantung sperma di induk betina. Sperma ini merupakan cadangan sperma selama ratu hidup. Bila telur yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan bermetamorfosis calon ratu, calon pekerja atau prajurit, sedangkan yang tidak dibuahi (partenogenesis) akan bermetamorfosis pejantan. Lebah pekerja dan prajurit menjadi mandul (streril) alasannya ialah imbas lingkungan, yaitu kurang makan.
B. REPRODUKSI PADA VERTEBRATA
Vertebrata (hewan bertulang belakang) hanya sanggup berkembangbiak secara Seksual (Generatif).
Reproduksi atau perkembangbiakan secara generatif melibatkan peleburan (fertilisasi) dua macam sel gamet, sperma (gamet jantan) dan ovum (gamet betina). Individu yang terbentuk akan mewarisi kedua sifat induk yang akan memunculkan sifat yang menonjol. Kombinasi genetik pada reproduksi seksual meningkatkan variasi genetik pada tingkat spesies. Reproduksi seksual menghasilkan individu gres yang tidak sama persis dengan induk. Berdasarkan tempat bertemunya sel gamet, reproduksi dibedakan menjadi;
1. Fertilisasi Internal
Peleburan sel gamet jantan dan sel gamet betina terjadi di dalam badan binatang betina. Pada prosedur ini binatang akan dilengkapi dengan alat kopulasi. Alat kopulasi ini akan membantu menghantarkan pertemuan sel gamet. Penis merupakan alat kopulasi pada beberapa jantan, dan vagina alat kopulasi pada binatang betina. Hewan jantan melepaskan berjuta-juta sel gamet melalui alat kopulasi ke dalam alat reproduksi betina. Kemudian sel-sel sperma ini akan “berlari” mencari keberadaan ovum, hanya satu sperma yang sanggup membuahi satu telur.
Berdasarkan cara perkembangan embrio dibedakan menjadi:
• Bertelur (OVIPAR)
Embrio akan berkembang di luar badan induk dengan struktur yang bercangkang. Telur embrio akan dikeluarkan dari badan induk. Cangkang ini tersusun atas zat kapur yang melindungi telur embrio dari kehilangan air. Berkembang diluar badan tidak mennghalangi perkembangan embrio. Telur embrio telah dilengkapi dengan kantung kuning (yolksacs) yang merupakan nutrisi untuk menyuplai perkembangan embrio selama di dalam cangkang. Hewan mempunyai waktu yang bervariasi dalam perkembangan embrionya, hal ini sanggup ditujukan dengan ukuran telurnya. Semakin besar ukuran telur maka kantung kuning semakin besar, artinya perkembangan embrio semakin lama. Dibutuhkan panas dalam proses pertumbuhan embrio di dalam cangkang, oleh alasannya ialah itu, induk akan melaksanakan suatu cara untuk menghangatkan anaknya di dalam telur. Beberapa induk mengerami telurnya (ayam, burung, unggas lainnya) dan beberapa menguburnya di dalam pasir atau tumpukan serah-serah daun (penyu, ular, dll). Beberapa induk akan menunggu hingga anaknya menetas, dan ada yang meninggalkan anaknya.
• Melahirkan (VIVIPAR)
Embrio berkembang di dalam badan induk betina (rahim). Embrio akan menerima suplai kuliner dari pembuluh darah induk melalui hubungan plasenta. Embrio akan berkembang di dalam rahim induk betina dalam masa mengandung yang waktunya sangat bervariasi pada tiap-tiap hewan.
Contoh: sebagian besar mamalia, termasuk manusia.
• Bertelur melahirkan (OVOVIVIPAR)
Suatu kombinasi antara bertelur dengan melahirkan. Pada perkembangan ini, embrio disimpan dalam telur tak bercangkang di dalam tubuh. Telur-telur ini dilengkapi dengan kantung kuning untuk menyuplai perkembangan embrio. Sampai waktu yang ditentukan, telur-telur ini pecah di dalam badan induk betina, dan keluar dari badan betina. Contoh: beberapa reptil (kadal, dll).
Peleburan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (ovum) yang terjadi di luar tubuh. Hewan jantan akan merangsang binatang betina untuk menyemprotkan ovum, sedang binatang jantan akan melepaskan sel spermanya di wilayah yang berair. Diperlukan media air untuk memperantai pertemuan kedua sel gamet ini. Oleh alasannya ialah itu, peleburan macam ini biasanya terjadi pada hewan-hewan di lingkungan akuatik, menyerupai ikan dan katak. Selain itu, wilayah berair akan melindungi telur-telur embrio dalam masa perkembangannya, hal ini dikarenakan telur embrio yang terbentuk tidak mempunyai cangkang dan memerlukan kadar kelembapan yang tinggi. Jika telur-telur ini dipindahkan ke wilayah yang kering (daratan) maka menyebabkan telur-telur ini mengering dan akan merusak perkembangan embrio. Pada beberapa binatang air, telur akan bermetamorfosis bentuk larva bersilia yang akan mengembara menempel di dasar perairan membentuk koloni baru, atau fase sesil (menempel didasar perairan) untuk perkembangan vegetatif. Contohnya ditemukan pada spons, ubur-ubur, dll.
• Bertelur (OVIPAR)
Embrio akan berkembang di luar badan induk dengan struktur yang bercangkang. Telur embrio akan dikeluarkan dari badan induk. Cangkang ini tersusun atas zat kapur yang melindungi telur embrio dari kehilangan air. Berkembang diluar badan tidak mennghalangi perkembangan embrio. Telur embrio telah dilengkapi dengan kantung kuning (yolksacs) yang merupakan nutrisi untuk menyuplai perkembangan embrio selama di dalam cangkang. Hewan mempunyai waktu yang bervariasi dalam perkembangan embrionya, hal ini sanggup ditujukan dengan ukuran telurnya. Semakin besar ukuran telur maka kantung kuning semakin besar, artinya perkembangan embrio semakin lama. Dibutuhkan panas dalam proses pertumbuhan embrio di dalam cangkang, oleh alasannya ialah itu, induk akan melaksanakan suatu cara untuk menghangatkan anaknya di dalam telur. Beberapa induk mengerami telurnya (ayam, burung, unggas lainnya) dan beberapa menguburnya di dalam pasir atau tumpukan serah-serah daun (penyu, ular, dll). Beberapa induk akan menunggu hingga anaknya menetas, dan ada yang meninggalkan anaknya.
• Melahirkan (VIVIPAR)
Embrio berkembang di dalam badan induk betina (rahim). Embrio akan menerima suplai kuliner dari pembuluh darah induk melalui hubungan plasenta. Embrio akan berkembang di dalam rahim induk betina dalam masa mengandung yang waktunya sangat bervariasi pada tiap-tiap hewan.
Contoh: sebagian besar mamalia, termasuk manusia.
• Bertelur melahirkan (OVOVIVIPAR)
Suatu kombinasi antara bertelur dengan melahirkan. Pada perkembangan ini, embrio disimpan dalam telur tak bercangkang di dalam tubuh. Telur-telur ini dilengkapi dengan kantung kuning untuk menyuplai perkembangan embrio. Sampai waktu yang ditentukan, telur-telur ini pecah di dalam badan induk betina, dan keluar dari badan betina. Contoh: beberapa reptil (kadal, dll).
2. Fertilisasi Eksternal
Peleburan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (ovum) yang terjadi di luar tubuh. Hewan jantan akan merangsang binatang betina untuk menyemprotkan ovum, sedang binatang jantan akan melepaskan sel spermanya di wilayah yang berair. Diperlukan media air untuk memperantai pertemuan kedua sel gamet ini. Oleh alasannya ialah itu, peleburan macam ini biasanya terjadi pada hewan-hewan di lingkungan akuatik, menyerupai ikan dan katak. Selain itu, wilayah berair akan melindungi telur-telur embrio dalam masa perkembangannya, hal ini dikarenakan telur embrio yang terbentuk tidak mempunyai cangkang dan memerlukan kadar kelembapan yang tinggi. Jika telur-telur ini dipindahkan ke wilayah yang kering (daratan) maka menyebabkan telur-telur ini mengering dan akan merusak perkembangan embrio. Pada beberapa binatang air, telur akan bermetamorfosis bentuk larva bersilia yang akan mengembara menempel di dasar perairan membentuk koloni baru, atau fase sesil (menempel didasar perairan) untuk perkembangan vegetatif. Contohnya ditemukan pada spons, ubur-ubur, dll.
Setelah kita bahas jenis-jenis fertilisasi, mari kita bahas perkembangbiakan beberapa jenis vertebrata sebagai berikut :
1.Reproduksi Ikan
Ikan merupakan kelompok binatang ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak mempunyai alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air.
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan melalui kanal urogenital (saluran kemih sekaligus kanal sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus berlangsung hingga ratusan ovum yang dibuahi menempel pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu.
Telur-telur yang telah dibuahi tampak menyerupai bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam.
Anak ikan yang gres menetas akan menerima kuliner pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak menyerupai gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang sanggup bertahan hidup.
2. Reproduksi Amfibi (Amphibia)
Kelompok amfibi, contohnya katak, merupakan jenis binatang ovipar. Katak jantan dan katak betina tidak mempunyai alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada ketika kawin, katak jantan dan katak betina akan melaksanakan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat kanal yang menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera sehabis katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma kemudian bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian bermetamorfosis berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan menempel pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan semenjak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada ketika itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga kesudahannya lenyap. Pada ketika itulah metamorfosis katak selesai.
3.Reproduksi Reptil (Reptilia)
Kelompok reptil menyerupai kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam badan (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, menyerupai ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam badan induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan kuliner yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang kanal yang eksklusif berafiliasi dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang sanggup dibolak-balik menyerupai jari-jari pada sarung tangan karet. Pada ketika kelompok binatang reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam kanal kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada ketika melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi problem sehabis telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil menyerupai kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta banyak sekali jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
4. Reproduksi Burung (Aves)
Kelompok burung merupakan binatang ovipar. Walaupun kelompok jelek tidak mempunyai alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh tepat dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong akseptor ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di kawasan ujung oviduk pada ketika sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di kawasan oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh bahan cangkang berupa zat kapur.
Telur sanggup menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu badan induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan memakai paruhnya. Anak burung yang gres menetas masih tertutup matanya dan belum sanggup mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
5.Reproduksi Mamalia (Mammalia)
Semua jenis mamalia, contohnya sapi, kambing dan marmut merupakan binatang vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina mempunyai alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina).
Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara kanal prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan bermetamorfosis embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat kuliner dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan mediator plasenta (ari-ari) dan tali pusar.
Materi terkait :
Sistem reproduksi pada tumbuhan
Sistem reproduksi pada hewan
Sistem reproduksi pada manusia
Sumber :
Campbell, N.A. dkk. 2009. Biology 8th edition. Pearson Benjamin Cummings. San Francisco
http://biologimediacentre.com/sistem-reproduksi-1-reproduksi-pada-hewan/
https://duniapendidikand.blogspot.com//search?q=sistem-reproduksi-pada-hewan-invertebrata-aseksual-vegetatif-generatif
https://duniapendidikand.blogspot.com//search?q=sistem-reproduksi-pada-hewan-invertebrata-aseksual-vegetatif-generatif
https://duniapendidikand.blogspot.com//search?q=sistem-reproduksi-pada-hewan-invertebrata-aseksual-vegetatif-generatif
Demikian bahan IPA Biologi : Sistem Reproduksi Pada Hewan baik itu invertebrata dan vertebrata yang terbagi menjadi perkembangbiakan secara aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif) yang sanggup kami sampaikan. Semoga bermanfaat....
Sumber http://www.artikelmateri.com