Filum Platyhelminthes: Struktur Tubuh, Sistem Reproduksi, Klasifikasi, & Kegunaan
Platyhelminthes, uhhhh keren banget tuh nama. Jangan salah, nama keren tersebut milik dari cacing pipih. Ya, nama ilmiah cacing pipih yakni Platyhelminthes (susah banget nyebutnya :v). Asal nama Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, yaitu 'platy' yang berarti pipih dan 'helminthes' yang berarti cacing. Nah, pada kesempatan kali ini akan membahasnya secara lengkap untuk sobat semua. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Plathyhelmintes (cacing pipih) ini berbentuk pipih, lunak, dan simetri bilateral. Dapat hidup bebas di air tawar atau air laut, misalnya, Planaria dan sebagai benalu pada binatang atau manusia, misalnya, cacing hati. Cacing ini tidak mempunyai jalan masuk pencernaan makanan dan anus. Platyhelminthes ada yang hidup bebas ada juga yang hidup sebagai parasit. Yup, parasit. Platyhelminthes kelas Trematoda hidup sebagai benalu di badan inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi bahkan manusia.
A. Struktur Tubuh Platyhelminthes
Tubuh Platyhelminthes mempunyai tiga lapisan embrional, yaitu ektoderma, mesoderma, dan endoderma. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ contohnya organ kelamin jantan dan betina.
Cacing mempunyai jalan masuk pencernaan dari mulut, faring, menuju kerongkongan. Akan tetapi, cacing pipih tidak mempunyai jalan masuk pencernaan. Cacing pipih hanya mempunyai usus yang bercabang-cabang menuju seluruh badan sehingga peredaran makanan tidak melalui pembuluh darah, tetapi pribadi diedarkan dan diserap badan dari cabang usus tersebut. Sistem ini disebut dengan sistem pencernaan gastrovaskuler.
Platyhelminthes tidak mempunyai anus atau sistem pembuangan. Pengeluaran dilakukan melalui lisan sedangkan sisa makanan berbentuk cair dikelurkan melalui permukaan tubuhnya. Sistem saraf hampir sama dengan sistem saraf pada Coelenterata, sanggup bergerak aktif alasannya yakni adanya sistem saraf dan sistem indra. Pada cacing hati terdapat dua bintik mata pada belahan kepalanya. Bintik mata tersebut mengandung pigmen yang disebut oseli. Indra peraba pada Planaria disebut aurikula (telinga), ada juga yang mempunyai organ keseimbangan dan organ untuk mengetahui arah anutan air (reoreseptor).
B. Sistem Reproduksi Platyhelminthes
Platyhelminthes sanggup bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi belahan badan yang hilang. Cara reproduksi aseksual tersebut biasanya dilakukan oleh Tubellaria sp. Platyhelminthes juga sanggup bereproduksi secara seksual dengan cara perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada kerikil atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang ibarat induknya.
Plathyhelmintes (cacing pipih) ini berbentuk pipih, lunak, dan simetri bilateral. Dapat hidup bebas di air tawar atau air laut, misalnya, Planaria dan sebagai benalu pada binatang atau manusia, misalnya, cacing hati. Cacing ini tidak mempunyai jalan masuk pencernaan makanan dan anus. Platyhelminthes ada yang hidup bebas ada juga yang hidup sebagai parasit. Yup, parasit. Platyhelminthes kelas Trematoda hidup sebagai benalu di badan inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi bahkan manusia.
A. Struktur Tubuh Platyhelminthes
Tubuh Platyhelminthes mempunyai tiga lapisan embrional, yaitu ektoderma, mesoderma, dan endoderma. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ contohnya organ kelamin jantan dan betina.
Cacing mempunyai jalan masuk pencernaan dari mulut, faring, menuju kerongkongan. Akan tetapi, cacing pipih tidak mempunyai jalan masuk pencernaan. Cacing pipih hanya mempunyai usus yang bercabang-cabang menuju seluruh badan sehingga peredaran makanan tidak melalui pembuluh darah, tetapi pribadi diedarkan dan diserap badan dari cabang usus tersebut. Sistem ini disebut dengan sistem pencernaan gastrovaskuler.
Platyhelminthes tidak mempunyai anus atau sistem pembuangan. Pengeluaran dilakukan melalui lisan sedangkan sisa makanan berbentuk cair dikelurkan melalui permukaan tubuhnya. Sistem saraf hampir sama dengan sistem saraf pada Coelenterata, sanggup bergerak aktif alasannya yakni adanya sistem saraf dan sistem indra. Pada cacing hati terdapat dua bintik mata pada belahan kepalanya. Bintik mata tersebut mengandung pigmen yang disebut oseli. Indra peraba pada Planaria disebut aurikula (telinga), ada juga yang mempunyai organ keseimbangan dan organ untuk mengetahui arah anutan air (reoreseptor).
B. Sistem Reproduksi Platyhelminthes
Platyhelminthes sanggup bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi belahan badan yang hilang. Cara reproduksi aseksual tersebut biasanya dilakukan oleh Tubellaria sp. Platyhelminthes juga sanggup bereproduksi secara seksual dengan cara perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada kerikil atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang ibarat induknya.
Reproduksi Aseksual Platyhelminthes |
C. Klasifikasi Platyhelminthes
Cacing pipih atau Platyhelminthes sanggup diklasifikasikan kedalam tiga kelas, yaitu yakni sebagai berikut:
1. Kelas Turbellaria (Cacing Rambut Getar)
Cacing pipih atau Platyhelminthes sanggup diklasifikasikan kedalam tiga kelas, yaitu yakni sebagai berikut:
1. Kelas Turbellaria (Cacing Rambut Getar)
Kelompok cacing Turbellaria yakni cacing yang hidup bebas dan bergerak dengan bulu getarnya, contohnya Planaria. Cacing ini sanggup dipakai sebagai indikator biologis kemurnian air. Apabila dalam suatu perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air tersebut belum terkotori alasannya yakni cacing ini hanya sanggup hidup di air yang jernih, sehingga apabila air tersebut terkotori maka cacing ini akan mati.
2. Kelas Trematoda (Cacing Isap)
Jenis cacing Trematoda hidup sebagai benalu pada binatang dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga semoga tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda yakni Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau.
2. Kelas Trematoda (Cacing Isap)
Jenis cacing Trematoda hidup sebagai benalu pada binatang dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga semoga tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda yakni Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau.
Daur Hidup Trematoda (Cacing Isap) |
3. Kelas Castoda (Cacing Pita)
Cacing ini dikenal sebagai cacing pita. Seperti cacing hati, cacing pita bersifat sebagai benalu pada binatang dan manusia, jumlahnya sekitar 1500 species. Cacing ini membentuk koloni ibarat pita sehingga panjangnya sanggup mencapai 20 m atau lebih. Tubuh kita sanggup dimasuki cacing ini apabila kita memakan ikan, daging sapi, anjing, atau babi yang tidak matang. Jenis yang populer yakni Taenia saginata (inangnya binatang sapi) dan Taenia solium (inangnya binatang babi).
Daur Hidup Castoda (Cacing Pita) |
D. Kegunaan Filum Platyhelminthes
Semua jenis-jenis cacing pada filum platyhelminthesbersifat benalu dan membahayakan badan inangnya. Untuk itu, pada filum ini tidak terdapat manfaat atau kegunaan sama sekali untuk manusia.
BACA JUGA:
1. Filum Nemathelminthes
2. Filum Coelenterata
3. Filum Porifera