Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tema Dan Logo Hut Ri Ke 72 Tahun 2017

SURAT EDARAN TEMA LOGO DAN SLOGAN PERINGATAN HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE 72 TAHUN 2017

Sejarah usaha bangsa Indonesia menuju Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 dilalui melalui usaha yang panjang dan beberapa tahapan. Tahap pertama pertumbuhan kesadaran bangsa Indonesia untuk merdeka ditandai dengan lahirnya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dikenal sebagai masa kebangkitan pertama bangsa Indonesia. Lahirnya Budi Utomo merupakan babak gres bagi bangsa Indonesia sebab masa sebelumnya usaha bangsa Indonesia lebih bersifat kedaerahan. Oleh sebab itu, angkatan ini sering disebut sebagai angkatan perintis usaha bangsa Indonesia, dan setiap tanggal 20 Mei oleh pemerintah ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional.

Tahapan selanjutnya yang sangat penting artinya bagi usaha bangsa Indonesia yaitu lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang pada dasarnya berikrar kami bangsa Indonesia bertumpah darah satu tanah air Indonesia, Berbangsa yang satu bangsa Indonesia; dan menjungjung bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia. Oleh ikrarnya tersebut, angkatan ini sering disebut angkatan penegas.

Setelah kurang lebih tiga setengah era bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, mulai 1942 bangsa Indonesia dijajah oleh Jepang sesudah Belanda mengalami kekalahan perang dari Jepang. Oleh sebab kekalahannya tersebut, Belanda menyerakan kawasan bekas jajahannya (Indonesia) kepada Jepang.

Pada tahun 1945, angkatan perang Jepang banyak menderita kekalahan dalam perang melawan Sekutu. Untuk kepentingan perang Jepang dan melihat pula pengalamannnya di Filipina di mana penduduknya bersikap bermusuhan terhadap Jepang maka pemerintahan di Tokyo beropini kesepakatan perdana mentri Koiso pada tanggal 7 September 1944 yang akan memperlihatkan kemerdekaan kepada Indonesia segera dilaksanakan. Sejak itu pemerintah militer di Jawa mengadakan persiapan ke arah itu. Pada tanggal 29 April 1945 dibuat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang anggotanya sebanyak 62 dan diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyadiningrat dan Ketua Muda R.P Soeroso (Pada sidang II tanggal 10-17 Juli 1945, anggota BPUPKI ditambah jumlahnya menjadi 68 orang). Pada tanggal 28 Mei 1945 anggota BPUPKI dilantik oleh Pembesar Tertinggi Bala Tentara Jepang di Jawa. BPUPKI mengadakan dua kali persidangan yakni tanggal 1 Juni 1945 dan sidang kedua pada tanggal 10 – 17 Juli 1945. 

Sela waktu antara sidang pertama dan kedua dipakai oleh Cou Sangi In (semacam tubuh penasehat yang dibuat oleh pemerintah Jepang) untuk membentuk suatu panitia yang disebut panitia sembilan. Panitia ini terdiri dari: Ir. Soekarno; Drs. Muh. Hatta; Mr. A.A. Maramis; Abikusno Tjokrosoejoso; Abdoel Kahar Muzakkir; Haji Agus Salim; Mr. Achmad Soebardjo; K.H. Wachid Hasjim dan Mr. Muh. Yamin.

Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan berhasil mencapai pemufakatan bersama yang tertuang dalam ”Piagam Jakarta” yang perkembangan selanjutnya menjadi mukadimah atau Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Perbedaan dengan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terletak pada kata ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya berdasarkan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; menjadi ”Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab ...”

Setelah BPUPKI jawaban melakukan tugasnya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945. PPKI beranggotakan 21 orang dengan Ir. Seokarno ditunjuk sebagai ketua dan Muh. Hatta sebagai wakil ketua.

Ketika kedudukan Jepang makin terdesak maka pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta dan Dr. Rajiman Widiodiningrat dipanggil ke Dalat bersahabat Saigon untuk menghadap Marsekal Terauci. Penglima Komando tertinggi kawasan pendudukan Jepang di wilayah bahari selatan. Pada tanggal 11 Agustus 1945, pada pertemuan antara Marsekal Terauci dengan ketiga tokoh Indonesia tersebut diamanatkan tiga hal yaitu: 1) Kepada Indonesia akan dianugrahkan kemerdekaan; 2) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibuat dengan Ir. Soekarno sebagai ketua dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil ketua; 3) Cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia sepenuhnya terletak ditangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Setibanya mereka di Jakarta ternyata sudah tersiar informasi bahwa Jepang sudah mengalah tanpa syarat kepada Sekutu, pada tanggal 15 Agustus 1945 sesudah Hirosima dan Nagasaki di bom atom. Namun informasi tersebut belum meyakinkan sebab tidak ada informasi resmi. Dalam ketidakjelasan wacana menyerahnya Jepang maka terjadi perbedaan pendapat antara Soekarno – Hatta dengan tokoh-tokoh perjaka pada waktu itu di antaranya Chairul Saleh, Sukarni, Adam Malik, Wikana, Pandu Kartawiguna, Jusuf kunto, Singgih dan B.M. Diah. Para perjaka mendesak Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan terlepas dari ikatan-ikatan yang ada hubungannya dengan Jepang. Sebaliknya Soekarno – Hatta tidak bersedia memproklamasikan kemrdekaan tanpa ikut sertanya PPKI yang dianggap mewakili seluruh rakyat Indonesia. Karena alasan tersebut dan kekhawatiran perjaka bahwa kedua tokoh tersebut akan diculik oleh penguasa Militer Jepang maka Soekarno dan Hatta diamakan di Rengasdengklok bersahabat Karawang. Pada sore hari tanggal 16 Agustus 1945, Mr. Subardjo berhasil bertemu muka dengan Soekarno – Hatta dan beberapa tokoh pemuda. Pada kesempatan itu disepakati bahwa Soekarno dan Hatta akan kembali ke Jakarta disertai oleh beberapa perjaka untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. 

Setibanya di Jakarta malam itu diadakan pertemuan dan sidang PPKI yang diselenggarakan di rumah Laksamana Tadashi Maeda seorang anggota angkatan bahari Jepang yang bersimpati terhadap kemerdekaan Indonesia, di Nassau Boulevard no.1 (sekarang berjulukan Jalan Imam Bonjol). Selain anggota PPKI yang terdiri dari 21 orang dan tubuh perancang yang diketaui oleh Bung Hatta dalam sidang malam itu dihadiri pula tokoh-tokoh pemuda. Pada malam itu tiga pemimpin bangsa; yakni Bung Karno; Bung Hatta dan Achmad Subarjo merumuskan teks proklamasi, mereka setuju untuk menciptakan teks proklamasi dengan singkat. Bung Karno bertindak sebagi penulis dari wangsit yang telah mereka sepakati bersama dengan Bung Hatta dan Achmad Subarjo menyumbangkan wangsit secara lisan. Atas permintaan Sukani, teks proklamasi di tandatangani oleh Ir Soekarno dan Muh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah itu konsep teks proklamasi diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik dengan beberapa perubahan redaksional, menyerupai kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”, kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan perubahan penulisan tanggal menjadi Djakarta, Hari 17 boelan 8 tahun 05”. Sebagai bentuk persiapan lainnya Ibu Fatmawati Soekarno telah menciptakan bendera Merah Putih yang akan dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sebelumnya, menjelang rapat PPKI malam itu Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menemui pimpinan pemerintah Bala Tentara Jepang dan diberitahu bahwa PPKI dihentikan mengadakan rapat persiapan pengumuman kemerdekaan Indonesia sebab Jepang menerima perintah dari Sekutu untuk mempertahankan status quo. Kenyataan ini terang memperlihatkan bahwa semenjak tanggal 16 Agustus 1945 malam, semua kesepakatan Jepang untuk memerdekakan Indonesia telah dicabutnya. Pada dikala terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia sebab Jepang telah mengalah kepada Sekutu, dan Sekutu sendiri belum mengambilalih kekuasaan di Indonesia, rakyat Indonesia memproklamasi kemerdekaan bangsanya sendiri. 

Teks proklamasi sebetulnya akan dibacakan dihadapan rakyat dalam suatu rapat raksasa dilapangan Ikada (Gambir) tetapi sebab lapangan tersebut dijaga ketat oleh tentara Jepang maka pembacaan teks proklamasi diselenggarakan ditempat kediaman Bung Karno, jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945 sempurna pada jam 10.00 pagi. Pengibaran bendera dilakukan oleh perjaka Suhud dan Latief Hendraningrat sesudah pembacaan teks selesai. Disusul dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh para hadirin secara spontan.

Tak terasa kini bangsa Indonesia sudah 72 Merdeka. Insya Allah kita akan memperingati HUT ke-72 Kemerdekaan RI Tahun 2017 tanggal 17 Agustus 2017 nanti. Berikut ini Tema dan Logo Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke 72 Tahun 2017

TEMA DAN LOGO PERINGATAN HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE 72 TAHUN 2017

Slogan Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke 72 Tahun 2017

SLOGAN PERINGATAN HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE 72 TAHUN 2017

Link Download Tema Logo dan Slogan Peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI Tahun 2017 dari laman setneg.go.id [download] 

Link Download Pedoman Penggunaan Identitas Visual HUT ke-72 Kemerdekaan RI Tahun 2017 dari laman setneg.go.id  [download]

Link Download Turunan Logo untuk Merchandise HUT ke-72 Kemerdekaan RI Tahun 2017 dari laman setneg.go.id  [download]

Link Download Surat Edaran Menteri Sekretaris Negara wacana Partisipasi Menyemarakkan Bulan Kemerdekaan dari laman setneg.go.id  [download]


Demikian info Tema dan Logo Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke 72 Tahun 2017, semoga bermanfaat.


loading...


= Baca Juga =