Membahas Bahan Pengertian Penerimaan Diri Beserta Ciri, Aspek, Komponen, Tahapan Dan Faktor Penerimaan Diri Terlengkap
Membahas Materi Pengertian Penerimaan Diri Beserta Ciri, Aspek, Komponen, Tahapan dan Faktor Penerimaan Diri Terlengkap - Penerimaan diri (Self Acceptance) yaitu suatu suasana dan perilaku positif individu didalam bentuk penghargaan terhadap diri, mendapatkan segala kelebihan dan kekurangan, memahami kapabilitas dan kelemahan, tidak menyalahkan diri sendiri maupun orang lain dan berusaha sebaik mungkin sehingga bisa berubah jadi lebih baik berasal dari sebelumnya.
Menurut Hurlock, Penerimaan Diri yaitu suatu tingkat kapabilitas dan keinginan individu untuk hidup bersama dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang bisa mendapatkan dirinya diartikan sebagai individu yang tidak mempunyai persoalan bersama dengan dirinya sendiri, yang tidak mempunyai beban perasaan pada diri sendiri supaya individu lebih banyak mempunyai peluang untuk menyesuaikan diri bersama dengan lingkungan.
Chaplin (2004)
Menurut Chaplin, Penerimaan Diri yaitu perilaku intinya jadi senang bersama dengan diri sendiri, kualitas, talenta sendiri dan pernyataan sanggup keterbatasan diri.
Germer (2009)
Menurut Germer, Penerimaan Diri yaitu kapabilitas individu untuk bisa punyai suatu pandangan positif perihal siapa dirinya yang sebenar-benarnya, dan hal ini tidak bisa keluar bersama dengan sendirinya, melainkan perlu dikembangkan oleh individu.
Schultz (1991)
Menurut Schultz, Penerimaan Diri yaitu mendapatkan semua segi yang tersedia terhadap dirinya, juga kelemahan dan kekurangan serta tidak mengalah kepada kelemahan dan kekurangan tersebut.
Cronbach (1963)
Menurut Cronbach, Penerimaan Diri yaitu sejauh mana individu bisa menyadari, mengerti karakteristik yang tersedia terhadap dirinya dan menggunakannya didalam merintis kelangsungan hidup. Sikap penerimaan diri ini ditunjukkan bersama dengan mengakui kelebihan serta mendapatkan kelemahan yang tersedia terhadap dirinya tanpa menyalahkan orang lain dan membawa permohonan yang konsisten untuk menyebarkan diri.
Calhoun dan Acocella
Menurut Calhoun dan Acocella, Penerimaan diri berafiliasi bersama dengan rencana diri yang positif, di mana bersama dengan rencana diri yang positif, seseorang bisa mendapatkan dan mengerti fakta-fakta yang begitu tidak serupa bersama dengan dirinya.
Wenkart (1955)
Menurut Wenkart, Setiap perkiraan insan atau ilham secara mendasar didasarkan terhadap penerimaan dan diarahkan pula terhadap penerimaan.
Handayani, Ratnawati dan Helmi
Menurut Handayani, Ratnawati dan Helmi, Penerimaan Diri yaitu sejauh mana seseorang bisa mengerti dan mengakui karakteristik khusus dan menggunakannya didalam merintis kelangsungan hidupnya.
Supratiknya (1995)
Menurut Supratiknya, Penerimaan Diri yaitu eadaan individu dengna penghargaan tertinggi terhadap diri sendiri atau lawannya, tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri reaksi diri terhadap orang lain.
a. Persepsi perihal diri dan perilaku pada penampilan
Individu yang membawa penerimaan diri berpikir lebih realistis perihal tampilan dan bagaimana ia muncul didalam pandangan orang lain.
b. Sikap pada kelemahan dan kebolehan diri sendiri dan orang lain
Individu yang membawa penerimaan diri lihat kelemahan dan kebolehan didalam dirinya, lebih baik dari pada individu yang tidak punya penerimaan diri.
c. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri
Seorang individu yang kadang kala mencicipi inferioritas atau disebut infiriority complex yaitu seseorang individu yang tidak punya perilaku penerimaan diri dan perihal selanjutnya akan menunggu evaluasi yang realistis atas dirinya.
d. Respon atas penolakan dan kritikan
Individu yang membawa penerimaan diri tidak menyukai kritikan, meskipun begitu ia punya kebolehan untuk terima kritikan apalagi sanggup mengambil alih hikmah dari kritikan tersebut.
e. Keseimbangan antara real self dan ideal self
Individu yang membawa penerimaan diri mempertahankan keinginan dan tuntutan dari didalam dirinya dengan baik didalam batas bisa saja yang sanggup diraih.
f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain
Jika seorang individu menyayangi dirinya, dan sanggup terima segala kebolehan dan kekurangan diri, maka akan lebih memungkinkan baginya untuk menyayangi orang lain dan terima orang lain dengan baik.
g. Menuruti tekad dan menonjolkan diri
Jika seorang individu terima dirinya, perihal selanjutnya bukan bermakna ia memanjakan dirinya, akan namun ia akan terima apalagi menuntut kelayakan didalam kehidupannya dan tidak akan mengambil alih yang bukan haknya, individu dengan penerimaan diri menghargai keinginan orang lain dan meresponnya dengan bijak.
h. Spontanitas dan menikmati hidup
Individu dengan penerimaan diri membawa lebih banyak keleluasaan untuk menikmati bermacam-macam perihal didalam hidupnya. Tidak hanya leluasa menikmati suatu hal yang dilakukannya, namun termasuk leluasa untuk menolak atau menghindari suatu hal yang tidak dambakan dilakukannya.
i. Aspek ethical penerimaan diri
Individu dengan penerimaan diri bukanlah individu yang berbudi baik dan bukan pula individu yang tidak mengenal moral, namun membawa fleksibilitas didalam pengaturan hidupnya.
j. Sikap pada penerimaan diri
Individu yang sanggup terima hidupnya akan tunjukkan perilaku terima apa pun kekurangan yang dimilikinya tanpa harus aib kala berada di lingkungan sosialnya.
a. Pemahaman diri (Self Insight)
Meningkatnya kesadaran atas buruknya situasi diri terhadap kala ini dan keinginan berpengaruh untuk melaksanakan pergantian ke arah situasi yang lebih baik.
b. Makna hidup (the meaning of life)
Nilai perlu yang berarti bagi kehidupan teristimewa seseorang yang mempunyai kegunaan sebagai obyek hidup yang perlu dipenuhi dan pengarah kegiatannya.
c. Pengubahan perilaku (changing attitude)
Merubah diri yang bersikap negatif jadi positif dan lebih tepat di dalam menghadapi masalah.
d. Keikatan diri (self commitment)
Komitmen individu terhadap arti hidup yang ditetapkan. Komitmen yang berpengaruh bakal membawa diri terhadap hidup yang lebih berarti dan mendalam.
e. Kegiatan terarah (directed activities)
Suatu upaya yang dikerjakan secara paham dan sengaja, berbentuk pengembangan potensi teristimewa yang positif serta pemakaian hubungan antar teristimewa untuk meraih obyek hidup.
f. Dukungan sosial (social support)
Hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, sanggup dipercaya, dan selamanya bersedia berikan proteksi kala diperlukan.
a. Aversion (kebencian/keengganan, menghindari, resisten)
Pada langkah ini berjalan reaksi alami terhadap perasaan yang menimbulkan tidak nyaman yaitu kebencian atau keengganan. Kebencian atau keengganan ini terhitung bisa membentuk keterikatan mental atau perenungan, mencoba mencari paham bagaimana langkah untuk menyingkirkan perasaan tersebut.
b. Curiosity (melawan rasa tidak nyaman dengan perhatian)
Pada tahapan ini, individu menjadi miliki pertanyaan terhadap banyak sekali hal yang dirasa kudu diperhatikan. Pertanyaan yang biasanya muncul diantaranya layaknya Perasaan apa ini?, Apa bermakna perasaan ini?, Kapan perasaan ini terjadi?
c. Tolerance (menanggung derita dengan aman)
Tahapan toleransi ini bermakna menjamin rasa sakit emosional yang dirasakan, tetapi individu senantiasa melawannya dan menghendaki perasaan selanjutnya bakal segera hilang.
d. Allowing (membiarkan perasaan singgah dan pergi)
Setelah lewat sistem bertahan bakal perasaan yang tidak menyenangkan, individu bakal menjadi melepaskan perasaan selanjutnya singgah dan pergi begitu saja. Individu secara terbuka melepaskan perasaan itu mengalir dengan sendirinya.
e. Friendship (merangkul, memandang nilai yang tersembunyi)
Pada langkah ini, individu memandang nilai yang ada terhadap kala keadaan sulit menimpanya.
Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Menurut Hurlock (1996), ada lebih dari satu segi yang memengaruhi seseorang di dalam penerimaan diri, diantaranya yaitu:
a. Pemahaman Diri
Pemahaman diri yaitu suatu persepsi atas diri sendiri yang ditandai dengan keaslian bukan pura-pura, kenyataan bukan khayalan, kebenaran bukan kebohongan, tetap terang bukan berbelit.
b. Harapan yang realistis
Saat pengharapan seseorang pada sukses yang sanggup dicapai, itu merupakan pengharapan yang realistis, peluang untuk menggapai sukses tersebut sanggup muncul, biar sanggup terbentuk kepuasan diri sendiri yang selanjutnya membentuk perilaku penerimaan pada diri sendiri.
c. Tidak adanya kendala berasal dari lingkungan
Ketidakmampuan untuk menggapai sasaran yang realistis bisa disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk mengontrol adanya kendala berasal dari lingkungan, kalau layaknya diskriminasi ras, gender dan kepercayaan.
d. Tidak adanya tekanan emosi yang berat
Tekanan berat dan tetap menerus yang berjalan di lingkungan kerja atau rumah, dimana keadaan sedang tidak baik, itu bisa mengakibatkan persoalan yang berat, biar tingkah laris orang tersebut dinilai menyimpang dan orang lain menjadi keluar senantiasa mencela dan menampik orang tersebut.
e. Sukses yang sering terjadi
Kegagalan yang sering menimpa menjadikan seseorang menampik pada diri sendiri, sebaliknya keberhasilan yang sering berjalan sanggup menumbuhkan penerimaan pada diri sendiri.
f. Konsep diri yang stabil
Konsep diri yang baik sanggup membuahkan penerimaan diri yang baik tapi sebaliknya jikalau rancangan diri yang buruk secara alami sanggup membuahkan penolakan pada diri sendiri. Sumber https://www.sekolahpendidikan.com
Pengertian Penerimaan Diri Menurut Para Ahli
Hurlock (2006)Menurut Hurlock, Penerimaan Diri yaitu suatu tingkat kapabilitas dan keinginan individu untuk hidup bersama dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang bisa mendapatkan dirinya diartikan sebagai individu yang tidak mempunyai persoalan bersama dengan dirinya sendiri, yang tidak mempunyai beban perasaan pada diri sendiri supaya individu lebih banyak mempunyai peluang untuk menyesuaikan diri bersama dengan lingkungan.
Chaplin (2004)
Menurut Chaplin, Penerimaan Diri yaitu perilaku intinya jadi senang bersama dengan diri sendiri, kualitas, talenta sendiri dan pernyataan sanggup keterbatasan diri.
Germer (2009)
Menurut Germer, Penerimaan Diri yaitu kapabilitas individu untuk bisa punyai suatu pandangan positif perihal siapa dirinya yang sebenar-benarnya, dan hal ini tidak bisa keluar bersama dengan sendirinya, melainkan perlu dikembangkan oleh individu.
Schultz (1991)
Menurut Schultz, Penerimaan Diri yaitu mendapatkan semua segi yang tersedia terhadap dirinya, juga kelemahan dan kekurangan serta tidak mengalah kepada kelemahan dan kekurangan tersebut.
Cronbach (1963)
Menurut Cronbach, Penerimaan Diri yaitu sejauh mana individu bisa menyadari, mengerti karakteristik yang tersedia terhadap dirinya dan menggunakannya didalam merintis kelangsungan hidup. Sikap penerimaan diri ini ditunjukkan bersama dengan mengakui kelebihan serta mendapatkan kelemahan yang tersedia terhadap dirinya tanpa menyalahkan orang lain dan membawa permohonan yang konsisten untuk menyebarkan diri.
Calhoun dan Acocella
Menurut Calhoun dan Acocella, Penerimaan diri berafiliasi bersama dengan rencana diri yang positif, di mana bersama dengan rencana diri yang positif, seseorang bisa mendapatkan dan mengerti fakta-fakta yang begitu tidak serupa bersama dengan dirinya.
Wenkart (1955)
Menurut Wenkart, Setiap perkiraan insan atau ilham secara mendasar didasarkan terhadap penerimaan dan diarahkan pula terhadap penerimaan.
Handayani, Ratnawati dan Helmi
Menurut Handayani, Ratnawati dan Helmi, Penerimaan Diri yaitu sejauh mana seseorang bisa mengerti dan mengakui karakteristik khusus dan menggunakannya didalam merintis kelangsungan hidupnya.
Supratiknya (1995)
Menurut Supratiknya, Penerimaan Diri yaitu eadaan individu dengna penghargaan tertinggi terhadap diri sendiri atau lawannya, tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri reaksi diri terhadap orang lain.
Ciri-Ciri Penerimaan Diri
Menurut Johnson David, gejala penerimaan diri yaitu:- Menerima diri sendiri apa adanya
- Tidak menolak dirinya sendiri, jikalau punya kelemahan dan kekurangan
- Memiliki keyakinan bahwa untuk mengasihi diri sendiri, maka seseorang tidak harus dicintai oleh orang lain dan dihargai orang lain
- Untuk terasa bahagia, maka seseorang tidak harus terasa benar-benar sempurna
- Aspek Penerimaan Diri
a. Persepsi perihal diri dan perilaku pada penampilan
Individu yang membawa penerimaan diri berpikir lebih realistis perihal tampilan dan bagaimana ia muncul didalam pandangan orang lain.
b. Sikap pada kelemahan dan kebolehan diri sendiri dan orang lain
Individu yang membawa penerimaan diri lihat kelemahan dan kebolehan didalam dirinya, lebih baik dari pada individu yang tidak punya penerimaan diri.
c. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri
Seorang individu yang kadang kala mencicipi inferioritas atau disebut infiriority complex yaitu seseorang individu yang tidak punya perilaku penerimaan diri dan perihal selanjutnya akan menunggu evaluasi yang realistis atas dirinya.
d. Respon atas penolakan dan kritikan
Individu yang membawa penerimaan diri tidak menyukai kritikan, meskipun begitu ia punya kebolehan untuk terima kritikan apalagi sanggup mengambil alih hikmah dari kritikan tersebut.
e. Keseimbangan antara real self dan ideal self
Individu yang membawa penerimaan diri mempertahankan keinginan dan tuntutan dari didalam dirinya dengan baik didalam batas bisa saja yang sanggup diraih.
f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain
Jika seorang individu menyayangi dirinya, dan sanggup terima segala kebolehan dan kekurangan diri, maka akan lebih memungkinkan baginya untuk menyayangi orang lain dan terima orang lain dengan baik.
g. Menuruti tekad dan menonjolkan diri
Jika seorang individu terima dirinya, perihal selanjutnya bukan bermakna ia memanjakan dirinya, akan namun ia akan terima apalagi menuntut kelayakan didalam kehidupannya dan tidak akan mengambil alih yang bukan haknya, individu dengan penerimaan diri menghargai keinginan orang lain dan meresponnya dengan bijak.
h. Spontanitas dan menikmati hidup
Individu dengan penerimaan diri membawa lebih banyak keleluasaan untuk menikmati bermacam-macam perihal didalam hidupnya. Tidak hanya leluasa menikmati suatu hal yang dilakukannya, namun termasuk leluasa untuk menolak atau menghindari suatu hal yang tidak dambakan dilakukannya.
i. Aspek ethical penerimaan diri
Individu dengan penerimaan diri bukanlah individu yang berbudi baik dan bukan pula individu yang tidak mengenal moral, namun membawa fleksibilitas didalam pengaturan hidupnya.
j. Sikap pada penerimaan diri
Individu yang sanggup terima hidupnya akan tunjukkan perilaku terima apa pun kekurangan yang dimilikinya tanpa harus aib kala berada di lingkungan sosialnya.
Komponen Penerimaan Diri
Menurut Bastaman (2007), tersedia lebih dari satu komponen yang pilih kesuksesan seseorang di dalam penerimaan diri, diantaranya yaitu:a. Pemahaman diri (Self Insight)
Meningkatnya kesadaran atas buruknya situasi diri terhadap kala ini dan keinginan berpengaruh untuk melaksanakan pergantian ke arah situasi yang lebih baik.
b. Makna hidup (the meaning of life)
Nilai perlu yang berarti bagi kehidupan teristimewa seseorang yang mempunyai kegunaan sebagai obyek hidup yang perlu dipenuhi dan pengarah kegiatannya.
c. Pengubahan perilaku (changing attitude)
Merubah diri yang bersikap negatif jadi positif dan lebih tepat di dalam menghadapi masalah.
d. Keikatan diri (self commitment)
Komitmen individu terhadap arti hidup yang ditetapkan. Komitmen yang berpengaruh bakal membawa diri terhadap hidup yang lebih berarti dan mendalam.
e. Kegiatan terarah (directed activities)
Suatu upaya yang dikerjakan secara paham dan sengaja, berbentuk pengembangan potensi teristimewa yang positif serta pemakaian hubungan antar teristimewa untuk meraih obyek hidup.
f. Dukungan sosial (social support)
Hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, sanggup dipercaya, dan selamanya bersedia berikan proteksi kala diperlukan.
Tahapan Penerimaan Diri
Menurut Germer (2009), sistem penerimaan diri merupakan wujud keadaan melawan ketidaknyamanan. Tahap awal yang berjalan yaitu rasa kebencian, lantas sistem diawali dengan keingintahuan bakal masalah. Jika hal selanjutnya berjalan dengan baik maka bakal berakhir dengan merangkul apa-pun yang berjalan didalam hidup seorang individu. Berikut klarifikasi selengkapnyatentang tahapan penerimaan diri:a. Aversion (kebencian/keengganan, menghindari, resisten)
Pada langkah ini berjalan reaksi alami terhadap perasaan yang menimbulkan tidak nyaman yaitu kebencian atau keengganan. Kebencian atau keengganan ini terhitung bisa membentuk keterikatan mental atau perenungan, mencoba mencari paham bagaimana langkah untuk menyingkirkan perasaan tersebut.
b. Curiosity (melawan rasa tidak nyaman dengan perhatian)
Pada tahapan ini, individu menjadi miliki pertanyaan terhadap banyak sekali hal yang dirasa kudu diperhatikan. Pertanyaan yang biasanya muncul diantaranya layaknya Perasaan apa ini?, Apa bermakna perasaan ini?, Kapan perasaan ini terjadi?
c. Tolerance (menanggung derita dengan aman)
Tahapan toleransi ini bermakna menjamin rasa sakit emosional yang dirasakan, tetapi individu senantiasa melawannya dan menghendaki perasaan selanjutnya bakal segera hilang.
d. Allowing (membiarkan perasaan singgah dan pergi)
Setelah lewat sistem bertahan bakal perasaan yang tidak menyenangkan, individu bakal menjadi melepaskan perasaan selanjutnya singgah dan pergi begitu saja. Individu secara terbuka melepaskan perasaan itu mengalir dengan sendirinya.
e. Friendship (merangkul, memandang nilai yang tersembunyi)
Pada langkah ini, individu memandang nilai yang ada terhadap kala keadaan sulit menimpanya.
Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Menurut Hurlock (1996), ada lebih dari satu segi yang memengaruhi seseorang di dalam penerimaan diri, diantaranya yaitu:
a. Pemahaman Diri
Pemahaman diri yaitu suatu persepsi atas diri sendiri yang ditandai dengan keaslian bukan pura-pura, kenyataan bukan khayalan, kebenaran bukan kebohongan, tetap terang bukan berbelit.
b. Harapan yang realistis
Saat pengharapan seseorang pada sukses yang sanggup dicapai, itu merupakan pengharapan yang realistis, peluang untuk menggapai sukses tersebut sanggup muncul, biar sanggup terbentuk kepuasan diri sendiri yang selanjutnya membentuk perilaku penerimaan pada diri sendiri.
c. Tidak adanya kendala berasal dari lingkungan
Ketidakmampuan untuk menggapai sasaran yang realistis bisa disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk mengontrol adanya kendala berasal dari lingkungan, kalau layaknya diskriminasi ras, gender dan kepercayaan.
d. Tidak adanya tekanan emosi yang berat
Tekanan berat dan tetap menerus yang berjalan di lingkungan kerja atau rumah, dimana keadaan sedang tidak baik, itu bisa mengakibatkan persoalan yang berat, biar tingkah laris orang tersebut dinilai menyimpang dan orang lain menjadi keluar senantiasa mencela dan menampik orang tersebut.
e. Sukses yang sering terjadi
Kegagalan yang sering menimpa menjadikan seseorang menampik pada diri sendiri, sebaliknya keberhasilan yang sering berjalan sanggup menumbuhkan penerimaan pada diri sendiri.
f. Konsep diri yang stabil
Konsep diri yang baik sanggup membuahkan penerimaan diri yang baik tapi sebaliknya jikalau rancangan diri yang buruk secara alami sanggup membuahkan penolakan pada diri sendiri. Sumber https://www.sekolahpendidikan.com