Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Asupan Masakan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya

Pengertian Asupan Makanan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Makanan terdiri dari majemuk zat kimia. Beberapa zat dikenal sebagai nutrien dan terdapat banyak zat lain, terutama dalam materi kuliner nabati. Zat ini memacu pertumbuhan tanaman, melindunginya dari pemangsa dan memperbaiki penampilan atau menambah aromanya.

Pengertian Asupan Makanan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Pengertian Asupan Makanan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya


Definisi Asupan Makanan

Asupan kuliner yakni Segala jenis kuliner dan minuman yang dikonsumsi badan setiap hari. Umumnya asupan kuliner di pelajari untuk di hubungkan dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini sanggup dipakai untuk perencanaan pendidikan gizi khususnya untuk menyusun sajian atau intervensi untuk meningkatkan sumber daya insan (SDM), mulai dari keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetahui asupan kuliner suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu cara untuk menduga keadaan gizi kelompok masyarakat atau individu bersangkutan.

Secara Umum Asupan kuliner yakni gosip perihal jumlah dan jenis kuliner yang dimakan atau dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dari asupan kuliner diperoleh zat gizi esensial yang diperlukan badan untuk memelihara pertumbuhan dan kesehatan yang baik.

Malnutrisi berafiliasi dengan gangguan gizi, yang sanggup diakibatkan oleh pemasukan kuliner yang tidak adekuat, gangguan pencernaan atau absorbsi, atau kelebihan makan. Kekurangan gizi merupakan tipe dari malnutrisi. Asupan makan yang dikonsumsi kemudian akan menghasilkan dampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan anak yang sanggup dilihat dari status gizinya.

Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makan

Faktor Internal
  1. Nafsu Makan. Balita sakit memiliki nafsu makan yang kurang, walaupun nafsu makan berkurang dan tidak menentu balita akan menikmati kuliner yang di hidangkan secara menarik dalam suasana yang menyenangkan.
  2. Kebiasaan Makan. Kebiasaan makan balita yakni konsumer pasif. Artinya, ia lebih banyak mengonsumsi kuliner yang sudah kita pilihkan. Bila asupan zat gizi tertentu yang tidak adekuat dan berlebih atau tidak seimbang sanggup mengakibatkan kondisi kesehatan yang jelek (morbiditas) dan mungkin maut (mortalitas).
  3. Rasa Bosan. Rasa tidak senang, takut alasannya yakni sakit, ketidakbebasan bergerak alasannya yakni adanya penyakit sanggup mengakibatkan rasa bosan dan rasa putus asa. Manisfestasi dari rasa bosan ini yakni hilangnya nafsu makan.
  4. Psikologis. Balita sakit harus menjalani kehidupan yang berbeda dengan apa yang dialaminya sehari-hari di rumahnya. Apa yang di makan, dimana ia makan, bagaimana kuliner disajikan dan dengan siapa ia makan, sangat berbeda dengan yang telah menjadi kebiasaan hidupnya.
  5. Penyakit. Keadaan penyakit yang dicerminkan oleh konsistensi diet yang diberikan, memiliki arti tersendiri dan akan membawa kebahagiaan atau rasa cemas pada diri balita sakit dan keluarganya.

Faktor Eksternal
  1. Cita rasa. Cita rasa suatu kuliner sanggup diketahui dari bacin dan rasa kuliner itu sendiri. Bau dan rasa kuliner sangat memilih selera makan seseorang dalam hal ini pasien.
  2. Penampilan. Penampilan kuliner terdiri dari warna kuliner tekstur makanan, dan besar porsi.
  3. Waktu makan. Waktu makan yang berbeda dengan kebiasaan makan pasien mempengaruhi asupan makan pasien.
  4. Sikap petugas. Petugas yang bertugas merawat orang sakit harus sanggup memperlihatkan klarifikasi guna mengurangi tekanan psikologis yang timbul, baik dari diri orang sakit maupun keluarga
  5. Alat saji makanan. Alat saji kuliner yang di gunakan untuk menyajikan kuliner harus di pilih sedemikian rupa sehingga mengakibatkan kesan menarik dan rasa senang pada orang sakit.
  6. Lingkungan. Dirawat di rumah sakit berarti memisahkan balita sakit dari kebiasaan hidup sehari-hari dan memasuki lingkunan yang masih asing, termasuk orang-orang yang mengelilinginya yaitu dokter, perawat dan orang-orang lain yang selalu berada disekelilingnya.
referensi:
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Naskah Akademik Pedoman Gizi Seimbang. Direktorat Bina Gizi, Jakarta 2013